Jogja Heritage Society (JHS) sebagai salah satu komunitas budaya yang berkedudukan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 12 Desember 2020, jam 10.00 – 12.00 akan meluncurkan Karya Kreatif bertajuk “CULTURAL & NATURAL MAPPING OF YOGYAKARTA HISTORIC URBAN LANDSCAPE”. Kegiatan ini didukung oleh Fasilitasi Bidang Kebudayaan, Direktorat Jendral Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mengingat kondisi pandemik, peluncuran akan dilaksanakan secara daring dan luring dari Rumah Pusaka Mustokoweni yang berlanggam Inggris di Jl. Mangkubumi Yogyakarta.

The Historic Urban Landscape (HUL) menurut UNESCO (2011) adalah area urban yang dipahami sebagai hasil dari berlapis-lapis nilai-nilai dan atribut budaya dan alam bersejarah. HUL merupakan pendekatan “management of heritage resources” dalam lingkungan yang dinamik dan terus tumbuh berkembang secara berkelanjutan. Lapisan bersejarah yang saling mengkait antara alam dan budaya (tangible dan intangible) juga menunjukkan adanya nilai-nilai lokal yang berbaur dengan internasional yang tumbuh di suatu kota.

Karya Kreatif JHS ini menitik beratkan pada pemetaan pusaka alam dan budaya sejak pendirian Nagari Ngayogyakarta oleh Pangeran Mangkubumi setelah Perjanjian Gianti pada tahun 1755. Pemetaan dibangun untuk menjadi platform dalam menelusuri ulang lapisan nilai-nilai alam dan budaya yang unggul dengan pendekatan HUL. Dalam proses pemetaan tahun ini dititikberatkan pada deliniasi Sungai Gadjah Wong di sebelah Timur, Sungai Winongo di sebelah Barat, Selokan Mataram di Utara, dan Panggung Krapyak di Selatan. Diharapkan tahun depan dapat dilakukan pemetaan untuk seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta.

Karya Kreatif, yang dapat digunakan sebagai platform dalam pengelolaan sumber daya pusaka untuk masa depan, dibangun dengan proses kreatif seperti berikut:

  1. Berbagai peta Yogyakarta, dari peta kuno hasil manual dengan tangan hingga terbaru melalui citra satelit dikumpulkan, dibaca, kemudian dilengkapi dengan berbagai referensi dan informasi baru yang diperoleh dari banyak Bahkan peta barupun disusun untuk menunjukkan dan menguatkan temuan-temuan. Hingga peluncuran ini terdapat 80an peta yang diolah.
  2. Pembacaan peta dan pemetaan kembali dilakukan dengan menelusuri 9 (Sembilan) Keunggulan Nilai Kota Pusaka Yogyakarta[1] dalam 4 (empat) periode pertumbuhan Kota Pusaka Yogyakarta[2] yang didukung juga dengan kegiatan webinar setiap minggu, FGD, wawancara, serta kerja mandiri Tim JHS.
  3. Hasil akhir disusun dalam Web-site JHS yaitu jogjaheritagesociety.org, Gagasan Instalasi Seni dari Karya Kreatif serta laporan akhir.
  4. Dengan peluncuran ini bukan berarti proses kreatif berhenti. Justru hasil ini merupakan pemantik untuk mengundang masyarakat, warga dan atau pecinta Jogja meneruskan pemetaan budaya dan alam pusaka secara interaktif pada laman yang disediakan di Web-site JHS melalui kurasi oleh Tim Kurator JHS.

 

————————————————————————————————————————————————

Acara peluncuran:

  • 10.00 Pembukaan, Tembang Kekidungan oleh Henri Poerwanto
  • 10.10 Sambutan Ketua JHS Titi Handayani
  • 10.20 Tembang Sekar Agung oleh KRT Manu Widyaseputra
  • 10.25 Pidato Kunci oleh Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI
  • 10.45 Peluncuran Karya Kreatif dan Web www.jogjaheritagesociety.org
  • 10.50 Presentasi Karya Kreatif oleh Laretna T. Adishakti, Punto Wijayanto, Zulfian Amrulah dan Tembang Mijil oleh Amos
  • 11.20 Pemotongan Tumpeng Robyong oleh Generasi Muda.
  • 11.25 Pandangan Warga Jogja, dengan moderator Bobi Setiawan, diwakili oleh:

.. Walikota Yogyakarta

.. Kepala Dinas PUPR

.. Kepala Dinas ATR

.. Kepala Dinas Kebudayaan

.. Ketua Dewan Kebudayaan DIY

.. Ketua DP2WB DIY

.. Ketua TACB DIY

.. Ketua IAI DIY

.. Ketua IAAI DIY

.. Ketua IAP DIY

  • 00 Penutup

 

Zoom meeting ID: 875 3949 6900 Passcode: pusakajog

Youtube:  Studio Pusaka Kita

 

Untuk informasi lebih lanjut sila kontak:

  • Wahyu Utami HP 0813-9236-3778

 

[1] Sembilan Keunggulan Kota Pusaka Yogyakarta yang merupakan hasil penyusunan

  • 2014, Rencana Induk Kawasan Budaya Perkotaan Yogyakarta 2014- 2034, Fakultas Teknik UGM dengan Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, Energi dan Sumber Daya Mineral DIY
  • 2016, Rencana Terpadu dan Jangka Menengah Kawasan Strategis Keistimewaan DIY, Fakultas Teknik UGM dengan Dinas Agraria dan Tata Ruang DIY, yaitu:
  1. Nilai Mahakarya Ekologi
  2. Nilai Mahakarya Kepurbakalaan
  3. Nilai Filosofi Tata Ruang Kota
  4. Nilai Multi Budaya
  5. Nilai Revolusi
  6. Nilai Pendidikan
  7. Nilai Mahakarya Seni Budaya Tradisi dan Kontemporer
  8. Nilai Kampung Kota/Desa dan Anak Muda
  9. Nilai Sistem Pusaka Pertanian

 

[2] Periodisasi Kota Pusaka Yogyakarta (Adishakti, 1997):

1755 – 1821 = Formasi Yogyakarta: Kota Kerajaan Jawa terakhir

1822 –  1942 =  Kota Kolonial

1942 – 1960 = Yogyakarta masuk Republik Indonesia

1960 – sekarang = Kota Kerajaan menjadi Kota modern di Indonesia