Close

Keberadaan Yogyakarta Sebagai Bagian dari Kerajaan Mataram Kuno

Keberadaan Yogyakarta Sebagai Bagian dari Kerajaan Mataram Kuno

Mataram pertama kali dikenal sebagai kerajaan pada tahun 717 masehi yang dipimpin oleh Sañjaya (Boechari, 2012 a: 184; Riyanto, 2017 : 143). Kerajaan Mataram dengan pusat kerajaan di Jawa Tengah dan seiring berjalannya waktu kerajaan tersebut berpindah ke daerah Jawa Timur. Terdapat tiga dinasti yang memimpin Mataram yang dimulai dengan dinasti Sañjaya dan dinasti Sailendra yang masih diberdebatkan oleh para ahli sampai sekarang apakah merupakan satu kesatuan atau tidak, dan ketiga dinasti Isana yang memimpin Mataram ketika dipindahkan ke Jawa Timur.

Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak tinggalan yang berasal dari Kerajaan Mataram, seperti prasasti maupun candi. Prasasti biasanya berisi tentang pengukuhan sima, kutukan, pengukuhan raja, dan lain sebaginya. Prasasti yang ditemukan khususnya di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Prasasti Kalasan dengan angka tahun 700 Saka atau 778 Masehi, Prasasti Ratu Boko dengan angka tahun 714 Saka atau 792 Masehi untuk memperingati pendirian  Abhayagiriwihara dan Prasasti Lintakan yang berangka tahun 841 Saka atau 919 Masehi.

Candi tinggalan Kerajaan Mataram cukup banyak ditemui dan terdapat dua candi besar yang pernah dibangun pada masanya seperti Candi Borobudur dan Candi Plaosan. Candi dapat difungsikan sebagai pertapaan, pendarmaan dan kuil. Di Yogyakarta terdapat beberapa candi yang merupakan tinggalan dari Kerajaan Mataram seperti berikut, Candi Kalasan, Situs Ratu Boko, dan Candi Prambanan serta beberapa candi yang dibangun semasa dengan Kerajaan Mataram seperti Candi Gebang, Candi Morangan, Candi Barong, Candi Miri, Candi Kedulan, Candi Sambisari, Candi Mantup, Candi Kadisoka, Candi Klodangan, Situs Payak, Candi Banyunibo, Candi Gampingan, Candi Sari, Candi Dawangsari dan Candi Ijo (Ramelan 2013) dapat dilihat juga daftar jadi di Yogyakarta melelui web https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/situs-payak-2/ tersebut.

Balaputra melakukan perlawanan ke Rakai Pikatan dan berusaha mempertahankan kedudukannya di bukit Ratu Boko. Namun perlawanan Balaputra mengalami kekalahan. Berdasarkan Prasasi Siwagerha disebutkan bahwa disebutkan bahwa Bukit Ratu Baka sebagai tempat pengungsian berupa beratus-ratus batu, karena kekalahan tersebut akhirnya Balaputra kembali ke Sumatra (Poesponegoro dan Notosusanto 2011). Situs Ratu Boko berasa di Dusun Dawung, Desa Bokoharjo, dan Dusun Sumberwatu, Desa Sambirejo Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, DIY. Situs Ratu Boko memiliki unsur Budha dan Hindu seperti tercantum dalam prasasti berangka tahun 714 Saka atau 792 Masehi yang menyebutkan bahwa pendirian Abhayagiriwihara oleh Rakai Panangkaran (Poesponegoro dan Notosusanto 2011), Prasasti Ratuboko A dan B berangka tahun 856 M dan C menjelaskan tentang pendirian lingga Krrtivasa, lingga Tryambaka, dan Lingga hara.

Candi Prambanan merupakan cari Hindu yang memuja dewa Siwa yang pertama kasi dilaporkan oleg C.A. Lons, seorang pegawai VOC Semarang pada tahun 1733 Masehi. Candi Ini dikenal juga sebagai Candi Jonggrang atau rara Jonggrang. Candi Prambanan merupakan sebuah kompleks bangunan candi yang terdiri dari tiga halaman, dengan Candi Siwa sebagai pusatnya. Candi Ini dibangung oleh Rakai Pikatan yang merupakan raja Mataram pada saat itu. Pada saat yang sama Rakai Pikatan juga membangun beberapa candi beragama Budha untuk intrinya Pramodawarddhani. Rakai Pikatan mengundurkan diri dari kerajaan setalah berhasil mentahbiskan candi induk Candi Prambanan dan menjadi pertapa. Hal ini merupakan rangkaian dari terjadinya penyerangan Balaputra.

Candi kalasan dibangun pada tahun 700 Saka atau 778 Masehi, candi ini beragama Budha untuk pemujaan kepada Dewi Tara. Dipugar pada tahun 1927-1929 yang dipimping oleh Ir.V.R van Romondt seorang arkeolog Belanda (Ramelan 2013). Terdapat prasasti yang ditemukan di halaman candi yang mmenyebutkan sebuah candi  dibangun untuk Dewi Tara dan sebuah wihara untuk para pendeta didesa Kalasa oleh Maharaja Dyah Pancapana Karyana Panamkaranah. Candi Kalasan yang dibangun pada 778 Masehi bukan yang dimaksud dengan Tara Bhavanam, karena pada saat pemugaran ditemukan bahwa batu bagian luar candi lebih tua dari yang ada di dalam candi (Ramelan 2013), sehingga yang dibangun pada tahun 778masehi tersebut merupakan candi yang berada dibagian dalam candi yang sekarang.

Berdasarkan tinggalan Kerajaan Mataram yang ditemukan di Yogyakarta bisa jadi bahwa dahulu Yogyakarta merupakan daerah pusat kerajaan karena terdapat candi kerajaan yaitu Candi Prambanan yang termasuk dalam wilayah Yogyakarta. Poesponegoro dan Notosusanto (2011 : 123-124) menjelaskan pusat kerajaan dipindahakan lebih ke timur, ke Kedu, ataukan ke sekitar Prambanan, ataukan di daerah Purwodadi-Grobokan berdasarkan berita dari Cina. Selaian itu dilihat dari tulisan diatas dapat disimpulkan bahwa Yogyakarta menjadi saksi atas kebesaran dari kerajaan Mataram.

 

Referensi

Poesponegoro, Marwati Djoened, dan Nugroho Notosusanto Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka, 2011.

Ramelan, Wiwin Djuwita Sudjana. Candi Indonesia Seri Jawa. Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jendral Kebudayaan Kementriaan Pendidikan dan Kebudayaan, 2013.

Riyanto, Sugeng. “Situng Liangan Dalam Bingkai Sejarah Mataram Kuno.” Berkala Arkeologi, 2017: 141-158.

 

(Kontributor : Sri Ediningsih, 2020)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *